Berkunjung ke Perkampungan Blog

Seorang ayah dan anak perempuannya itu sudah berdandan rapi. Mau ke mana mereka berdua? Semalam, sang ayah sudah berjanji kepada anak perempuannya itu untuk diajak jalan-jalan berkunjung ke Perkampungan Blog.

Di dunia maya – entah siapa pelopornya – terdapat banyak sekali Perkampungan Blog, yakni memgumpulkan banyak blog dalam satu cluster yang dilakukan oleh seorang Narablog, dan ia secara otomatis mengangkat dirinya sebagai Kepala Suku Perkampungan Blog. Sang Kepala Suku punya otoritas penuh dalam mengatur blog-blog tersebut, termasuk mendeportasi salah satunya dari kampung yang ia kelola. Uniknya, satu blog bisa jadi penghuni di Perkampungan Blog yang lain dan hebatnya lagi sang Kepala Suku dapat menjadi anggota di Perkampungan Blog yang lain. Oleh sang Kepala Suku, kampung blog miliknya diberi nama, misalnya Teropongku, Jendela Surau Inyiak, Marka, dan masih banyak lagi.

“Yah, berkunjung ke Perkampungan Blog menyeramkan nggak, seperti waktu dulu kita ziarah ke pekuburan blog?” tanya anak perempuan itu kepada ayahnya yang sedang mempersiapkan sepeda.

“O, tidak anakku. Kunjungan kita kali ini akan sangat menyenangkan,” jawab ayahnya sambil tersenyum.

Maka, dengan membonceng sepeda anak perempuan itu dibawa ayahnya keliling Perkampungan Blog. Supaya aman, cara membonceng anak perempuan itu dengan mengangkang, kedua pahanya menjepit boncengan sepeda.

Ketika memasuki sebuah Pekampungan Blog, mereka disambut dengan tulisan ucapan selamat datang yang dipasang di pintu gerbang perkampungan. Tanpa ada satpam yang menjaga, mereka bebas melewati jalan mana saja yang mereka suka. Sebagai ayah yang baik, memberi kesempatan kepada anaknya untuk dapat melihat dan menyaksikan semua blog yang berada di perkampungan tersebut.

“Berhenti sebentar Yah. Lihat blog itu…. wah… rame sekali tamu-tamu yang datang ke sana. Coba Ayah dengar, di dalamnya penuh gelak-tawa. Mampir ke sana sebentar ya Yah?” rajuk anaknya.

“Oke, baik Tuan Putri,” kata sang ayah sambil menyenderkan sepeda. “Blog ini selalu rame Nduk, apalagi pas punya hajatan seperti ini. Lihat mbak-mbak yang pake kerudung kuning itu… ia sedang merayu pemilik blog supaya dapat hadiah.”

Pantesan Yah, wong pemilik blognya ramah banget gitu sih. Makanya mbak-mbak itu kecentilan!” ujar anaknya.

Menurut pengamatan mereka, tamu-tamu yang datang silih berganti. Kadang satu tamu, bisa datang beberapa kali hanya ingin mendengar celotehan lucu sang pemilik blog.

Setelah puas, mereka melanjutkan perjalanan. Jika melewati blog yang penuh lumut dan rumput liar yang tumbuh di halamannya, mereka hanya bergumam: kasihan, jangan-jangan mereka telah terbaring nyaman di Pekuburan Blog.

“Stop! Belok kiri Yah, aku tadi lihat banyak gambar-gambar bagus di blog itu!” teriak sang anak.

Ayah yang baik hati itu menuruti keinginan putrinya. Ketika sampai di gerbang blog, ayahnya berujar, “Karena ia getol belajar memotret, hasilnya bisa kamu lihat, betapa nyiamiknya gambar-gambar yang dipajangnya. Kamu bisa belajar darinya, oke?”

Lalu dengan jemarinya yang mungil, anak perempuan itu menyentuh gambar-gambar itu, menggesernya untuk mencari gambar yang lain. Ia takjub.

“Pemilik blog ini punya puluhan blog yang menghasilkan dollar loh Nduk!” ujar sang ayah.

Anaknya cuek saja mendengar tuturan ayahnya, karena ia asyik mengamati foto sebuah serangga.

“Hey, coba lihat tetangganya, Nduk. Di sana juga banyak gambar-gambar bagus. Pemilik blog-nya suka traveling, sama seperti kamu yang senang blusukan ke museum-museum,” kata ayahnya lagi.

Anak perempuan yang tak punya rok – sukanya pakai celana panjang – bergegas berlari ke arah blog yang ditunjukkan oleh ayahnya. Cukup lama ia berada di sana.

Sepeda dikayuh lambat. Sesekali tangan sang ayah menunjuk ke arah blog yang dilewatinya.

bersambung ke sini