Bergerak menuju ibu #5


ribuan kilo jalan yang kau tempuh / lewati rintang untuk aku anakmu / ibuku sayang masih terus berjalan / walau tapak kaki, penuh darah penuh nanah /  seperti udara kasih yang engkau berikan [Ibu – Iwan Fals]

Posisi hotel tempat saya menginap selama di Madinah jaraknya empat atau lima blok dari Masjid Nabawi, alih-alih Menara Masjid Nabawi kelihatan dari lobi hotel kami, suara azan tidak terdengar sama sekali. Untuk ukuran tinggal menginap di Kota Madinah, jarak hotel sepanjang ini dianggap jauh. Tapi ndak apa-apa, bukankah semakin banyak langkah kaki akan makin banyak pahalanya.

Rute dari hotel ke Masjid Nabawi: lurus lalu belok kiri maka sampailah di Pintu 15.

Ketika berangkat-pulang hotel-masjid akan banyak terlihat para ibu sepuh yang sangat bersemangat beribadah. Langkah-langkah tertatih tak menghalangi niat mereka untuk lebih dekat dengan Tuhannya. Mereka membawa serta surga yang terletak di bawah telapak kakinya. Diam-diam saat berjalan bersama mereka saya mengamati untuk mendapatkan hikmah atau pelajaran hidup.

[1]

Tubuhnya tak lagi tegak sempurna, tapi kalau berjalan seperti tak ada hambatan. Ia harus segera sampai di masjid jauh sebelum azan dikumandangkan. Teman-temannya yang usianya tak kalah sepuh berteriak nyaring, “mBakyu, yen mlaku aja kesusu. Entenana kanca-kancamu iki!” Perempuan tua itu pun memelankan langkahnya sambil membetulkan letak mukena yang belakangnya ada bordiran nama travel umrah. “Selak ora entuk panggonan.”

[2]

Ibu berbadan subur ini dari Turki. Ia duduk di kursi roda, didorong oleh anak perempuannya. Sementara itu di sampingnya ada perempuan sebaya dengannya tertatih menggunakan tongkat. Mereka lebih memilih shalat di pelataran masjid sambil menikmati hembusan angin dingin Kota Madinah. Seragam jaket tebal berwarna krem lumayan dapat menghangatkan badan mereka. Selama hayat masih dikandung badan, beribadah kepada Tuhan jangan pernah ditinggalkan.

[3]

Dua orang ibu tua sedang berjalan di samping hotel Movenpick. Mungkin mereka berasal dari Pakistan atau Bangladesh. Salah satu dari mereka membawa botol galonan air zamzam di atas kepalanya. Jutaan liter air zamzam sudah diambil orang sejak zaman dulu tapi tak pernah kering. Seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, tak pernah habis.