Namaku Panuluh, sebuah nama pemberian kakekku yang berarti berbakat, cerdas, dan sangat kreatif. Aku adalah adik seperguruan Mpu Sedah waktu kami melakukan studi di salah satu universitas di Negeri Hindustan sana.
Hari ini aku berduka setelah mendengar kabar kalau Mpu Sedah menjadi tahanan Prabu Jayabaya di penjara bawah tanah. Sangat keji tuduhan yang ditimpakan kepadanya. Ah, Prabarini. Perempuan yang sedang matang-matangnya itu memang cinta sejati Mpu Sedah. Bahkan ia rela tidak beristri, sejak Prabarini dinikahkan dengan Jayabaya.
Aku bergegas menuju istana, aku sedang ditunggu oleh penguasa Kerajaan Kediri. Aku tidak tahu agenda pemanggilanku ke istana.
“Karena besok Mpu Sedah akan aku gantung, aku titahkan kepadamu untuk melanjutkan proyek menerjemahkan wiracarita Mahabharata yang kemarin dikerjakan oleh Mpu Sedah!” ujar Jayabaya mengejutkanku.
“Sendika Gusti Prabu,” aku menghaturkan sembah, dan hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulutku.
Setelah undur dari hadapan raja, aku segera menuju penjara bawah tanah untuk menemui Mpu Sedah yang menjadi senior sekaligus mentor terbaikku.
Sesampai di hadapannya, aku menyampaikan rasa duka yang mendalam atas apa yang menimpanya kini, sekaligus menceritakan hasil pertemuan dengan Prabu Jayabaya.
“Sebetulnya aku ragu bisa melanjutkan proyek Kakawin Mahabharata itu, Kakang. Apalagi tanpamu,” kataku tertunduk di hadapan Mpu Sedah. read more