Kesedihan bisa mengacaukan segalanya

Sumarni – perempuan berbaju kuning, menangis sejadi-jadinya begitu mendapatkan kabar kalau anak bungsunya mati tenggelam saat bermain di sebuah bendungan kali ujung desanya. Ponsel jadul masih dalam genggamannya, belum sempat ia matikan. Suara yang tadi mengabarkan berita duka masih berteriak hola-halo menunggu sahutan dari perempuan itu. Tetapi Sumarni masih menangis bahkan ditingkahi dengan teriakan histeris.

Lengking suara tangis histeris milik Sumarni telah mendatangkan kerumunan dari orang-orang yang sedang melakukan transaksi jual beli di sebuah pasar kota. Tak terkecuali bagi seorang pencopet pasar. Kerumunan orang yang semakin banyak memberikan kesempatan baginya mengutil dompet orang yang lengah. Ada tiga dompet yang sudah berpindah ke tangannya, termasuk dompet milik Sumarni, perempuan yang tengah kehilangan anak bungsunya itu. read more

Diculik jin#2

Cerita ini sambungan dari: Diculik jin#1

Setelah sarapan, saya menikmati sejuknya angin pagi Laut Jawa. Beberapa jam lagi, Kapal Kelimutu yang saya tumpangi dari Banjarmasin akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Angin laut memainkan rambut saya yang sudahs setahun tidak saya potong.

Ah, akhirnya saya meninggalkan Kalimantan juga. Pengambilan keputusan saya untuk berhenti bekerja terbilang sangat cepat, karena beberapa teman mengambil cuti pulang ke Jawa dan saya ingin pulang bersama mereka. Pulang ramai-ramai pasti mengasyikkan dan kami memilih menggunakan moda transportasi laut.

Dari camp kami naik perahu menuju ke Kota Puruk Cahu. Dari sini kami naik bus ke Banjarmasin, dengan tujuan akhir di Pelabuhan Trisakti. Hampir setahun saya tidak ketemu orang tua, membuat perjalanan berasa sangat lambat. read more

40 kambing dan satunya anjing

Di suatu  peternakan nan asri, tinggal seorang lelaki tua bersama seekor anjing yang sangat setia kepadanya. Anjing tersebut sering berperilaku seperti manusia pada umumnya, misalnya ia bisa menyediakan kopi-susu bagi tuannya atau bahkan menemaninya ngobrol di siang hari kala ia sedang tidak terlalu sibuk bekerja.

Tugas utama anjing pintar itu sebetulnya menjaga 40 kambing milik Pak Tua tersebut. Berbekal peluit dan catatan berisi daftar nama kambing (ya, ke-40-nya mempunyai nama masing-masing), pagi-pagi sekali ia akan membuka kandang, meniupkan peluit dengan lantang, lalu ia mengabsen para kambing yang secara tertib keluar dari kandang. Nanti di sore hari, ia akan kembali mengabsen para kambing dan memastikan mereka semua masuk ke dalam kandang.

Di area peternakan tersebut, Pak Tua juga memelihara tiga ekor babi, seekor banteng, sepasang ayam dan kadang-kadang datang juga seekor kucing yang masuk rumahnya sekedar mencari sisa makanan.

***

Pada suatu hari, Pak Tua pergi ke kota dengan mengendarai mobil bututnya. Para kambing bersorak gembira, sebab mereka bisa bebas bermain sesuka hati. Permainan yang mereka pilih adalah bermain bola. Seperti halnya manusia, mereka membagi menjadi 2 tim, masing-masing sebelas kambing. Mereka yang tidak ikut bermain bola menjadi tim hore di sisi tepi lapangan. Permainan yang sangat seru. read more