Asmarani datang dari Salatiga

Sampai sekarang saya masih memburu novel Pak Suparto Brata yang berjudul Trem. Bahkan sampai ke pasar loak, tapi saya belum mendapatkannya.

Siapa itu Suparto Brata? Ia penulis kelahiran Surabaya tahun 1932 yang hingga saat ini masih sangat produktif menulis dan menerbitkan novel. Saya suka sekali membaca novel-novel Pak Brata, baik yang berbahasa Indonesia atau berbahasa Jawa.

Tokoh dalam novel-novel karya Pak Brata diceritakan secara detil, sehingga saya kadang ikut terlarut ke dalam perasaan si tokoh. Satu hal yang tidak pernah ditinggalkan Pak Brata dalam setiap bukunya yaitu menyampaikan pesan betapa pentingnya membaca buku dan menghargai sastra. Dengan membaca wawasan akan terbuka semakin luas, dan dengan sastra akan membentuk budi pekerti yang baik.

Saya menjadi lebih tahu tentang kondisi negeri ini ketika masih dijajah Belanda atau Jepang dulu. Di zaman itu saya belum lahir dan mengetahuinya dari membaca buku sejarah. Tapi dengan membaca novel Pak Brata, di mana di novel itu diceritakan dengan begitu detil bagaimana di zaman tersebut dengan sendirinya pikiran saya melayang ke pusaran waktu yang diceritakan Pak Brata. Apalagi, dengan pintarnya Pak Brata ini menyelipkan cerita romantisme di dalam novelnya, seperti misalnya pada novel Saksi Mata, Gadis Tangsi, Kerajaan Raminem, Maghligai di Ufuk Timur, Mencari Sarang Angin, Republik Jungkir Balik dan Tak Ada Nasi Lain. 

Novel berbahasa Indonesia karangan Pak Brata yang lain yang telah menjadi koleksi perpustakaan saya yakni Sapu Tangan Gambar Naga dan Aurora Sang Pengantin.

Menurut saya, novel-novel Pak Brata yang berbahasa Jawa lebih terasa sastranya, dibandingkan karyanya yang berbahasa Indonesia. Novel bahasa Jawa yang sudah saya baca di antaranya Donyane Wong Culika, Lelakone Si lan Man, Dom Sumurup Ing Banyu, Suparto Brata’s Omnibus, Jaring Kalamangga, Garuda Putih, Emprit Abuntut Bedhug, Nona Sekretaris, Pawestri Tanpa Idhentiti, Cintrong Taju-Pat, Ser! Randha Cocak, Tretes Tintrim, Kunarpa Tan Bisa Kandha, dan Gedhong Setan, novel terakhir ini merupakan cerita misteri.

Di tengah perburuan novel-novel karya Pak Brata, minggu lalu saya mendapatkan dua novel Pak Brata yang berbahasa Jawa, yakni Asmarani dan Para Pawestri Pejuwang. Dua novel ini saya dapatkan dari mBak Rini Puspo, seorang guru mata pelajaran Basa Jawa di sebuah SMPN di Salatiga.

Petang tadi mBak Rini Puspo mengabarkan, kalau di bulan Juni 2014 ini telah terbit lagi dua novel Pak Brata: Sala Lelimengan dan Katresnan Kang Angker dan ia akan mengirimkannya ke alamat saya.

Jika Anda berminat mengoleksi buku-buku Pak Suparto Brata atau buku-buku satra Jawa lainnya, monggo menghubungi Warung Buku Sastra Jawa dengan mBak Rini Puspo di HP 08157704313.