Arbain

“Alhamdulillah mas, aku sudah sampai di Mekkah, lagi siap-siap umrah nih. Arbain kemarin 100% terlaksana. Selalu mohon doanya ya?”

Pesan pendek tersebut masuk di inbox Nyai C-5 saya semalam, yang dikirim seorang teman yang tahun ini berangkat ibadah haji. Ia ikut Kloter awal dari Jakarta, yang berarti ke Madinah dulu selama delapan atawa sembilan hari baru kemudian menuju ke Mekkah. Cerita tentang ibadah haji tidak pernah membosankan, bahkan sering memicu keinginan untuk bisa hadir di Tanah Haram untuk melaksanakan haji atawa umrah.

Jamaah haji Indonesia selalu dijadwalkan untuk bisa melakukan amalan sunah shalat arbain. Apa itu arbain?

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik, Rasulullah bersabda “Barangsiapa shalat di masjidku empat puluh kali sholat (arbain) dengan tanpa ketinggalan satu sholat pun, maka ditulis baginya selamat dari api neraka dan keselamatan di hari kiamat”.

~oOo~

SMS teman saya tadi mengingatkan pada sebuah percakapan di kamar hotel di sekitaran Masjid Nabawi yang saya dengar dua tahun lalu.

“Dul, kok masih nyantai. Ayo ke mesjid!”

“Loh, bukankah shalat dzuhur kita tadi menggenapi empat puluh shalat kita di Masjid Nabawi, jadi nggak perlu lagi shalat di mesjid kan?”

“Ayolah… lebih dari empat puluh kali lebih baik bukan? Lagian, kita bergerak ke Mekkah masih selepas isya nanti toh?”

Ya, bisa jadi percakapan seperti di atas selalu terdengar dari tahun ke tahun. Menurut saya, selain kita memenuhi sunah Nabi SAW untuk ber-arbain, bukankah juga untuk melatih membiasakan diri shalat di mesjid, tidak hanya ketika shalat jumat. Selain itu, mumpung lagi berada sangat dekat dengan Masjid Nabawi kenapa kita tidak shalat di sana?

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) ini lebih utama dari seribu shalat di masjid lainnya” (HR Bukhari Muslim)