Apanya yang luar biasa?

Pak Beye disubyo-subyo oleh para cantriknya kalau beliau satu-satunya presiden yang pernah menurunkan harga BBM. Hebat kan? Kenapa bisa menurunkan harga BBM? Karena waktu itu harga minyak dunia sedang turun, makanya harga BBM dalam negeri diturunkan. Lah, kalau begitu hebatnya di mana? Sekarang, saat harga minyak dunia sedang naik berani nggak Pak Beye nggak ikut menaikkan harga BBM atawa bahkan menurunkan harga BBM?

Apanya yang luar biasa?

Pak Dahlan Iskan yang Menteri BUMN itu hebat banget. Gebrakannya telah mengacak-acak sekat birokrasi. Beberapa BUMN bangun dari tidur panjangnya. Terakhir, Pak DIS – demikian beliau sering dipanggil, mengamuk di jalan tol karena melihat panjangnya antrian mobil yang mau masuk ke tol dalam kota Jakarta. Pun, setiap seminggu sekali kita disuguhi tulisan Pak DIS yang brilian dan inspiratif yang dikenal dengan Manufacturing Hope.

Lain Pak DIS, beda dengan Pak Jokowi. Dengan kepemimpinan yang elegan, beliau membuat majunya Kota Solo yang berslogan The Spirit of Java itu. Rasanya, nggak akan cukup waktu menuliskan sepak terjang Pak Jokowi dalam mengelola Kota Solo di Padeblogan ini.

Bukankah memang seharusnya begitu tugas dan tindakan seorang menteri atawa walikota? Nggak ada yang istimewa bukan?

Apanya yang luar biasa?

Waktu kampanye, para calon pejabat mencantumkan semua titel kesarjanaan yang dimilikinya. Entah itu didapatkan dengan cara yang benar atawa sekedar kulakan gelar di emperan toko. Tak tanggung-tanggung, gelar H atawa Hj disematkan di depan namanya. Tak lupa, foto diri lengkap dengan kopiah atawa kerudung, pertanda orang yang shaleh atawa sholehah. Setelah menjabat, ternyata semua gelar yang dimiliki itu seperti pepesan kosong. Katanya Sarjana Hukum, eh kok malah melanggar hukum. Katanya Sarjana Pertanian, eh kok malah menyengsarakan petani. Katanya Sarjana Ekonomi, eh hitung-hitungan akunting sederhana saja nggak paham. Katanya H atawa Hj, eh kok berbuat nista.

Apanya yang luar biasa?