Antara kentut dan mencret

Tak selamanya kentut itu melegakan perasaan. Pada situasi sedang menderita diare, berasa kentut bisa menjadi malapetaka. Dalam pikiran terdapat dua opsi: ditahan atawa dilepaskan. Saya umumkan, bahwa pada hari ini pencernaan saya terganggu hingga terkena diare.

Diare, dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan istilah mencret. Saya jadi ingat guyonan gaya Warkop jaman dulu. Ada pertanyaan: kecepatan apa yang paling cepat di dunia bahkan melebihi kecepatan pesawat sputnik? Jawabannya adalah mencret, karena belum sempat mikir sudah basah.

Kembali kepada kentut. Karena perut mules, saya berasa ingin kentut. Tetapi otak saya bilang jangan dikentutin, ntar ada yang ngikut keluar. Nekjika nggak dikentutin, perut berasa diremas-remas. Pusing betul memikirkan hal ini.

Loh, masalah sederhana bukan, kenapa sampai dipikirin?

Insiden ini terjadi (masih) di kantor.

Begini. Sebetulnya saya terbiasa membawa cadangan celana dalam yang saya simpan di tas. Namun kali ini cadangan celana dalam nggak terbawa, masih berada di tas yang satunya. Lagi pula, berasa kentut ini terjadi seperempat jam menjelang waktu jumatan. Maka, saya buru-buru ke toilet. Belum sempat kaki kiri saya masuk toilet, kentut keburu keluar.

Dan betul dugaan saya, ada yang ngikut keluar. Sebal juga, tapi kondisi perut agak legaan. Saya pelorotkan celana jins untuk memastikan memang saya keceret.  Celana dalam saya lepas, saya cuci untuk menghilangkan najis. Lalu, dengan yakin saya bawa celana dalam yang sudah saya peras ke bawah mesin pengering tangan yang ada di dalam toilet.

Sial betul. Mesin pengering nggak mau on. Waktu menuju jumatan makin dekat. Sungguh tersiksa memakai celana jins tanpa celana dalam. Dalam hati saya nggak yakin kalau celana jins saya dalam keadaan suci, jangan-jangan kena rembesan dari insiden mencret tadi.

Alhamdulillah, di mobil saya menyimpan sarung. Saya memakai sarung di dalam mobil. Celana dalam yang masih basah di bagian bawah-tengah saya jemur di dashboard mobil. Puji syukur lagi, cuaca lumayan terik.

Dengan langkah tegap saya menuju mesjid. Anggap saja sedang berihrom.