Aji debat

Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku (QS 20:25-28)

Itulah doa Musa ketika akan adu debat dengan Firaun, penguasa Mesir saat itu. Konon, Musa tak pandai berpidato tersebab kalau berbicara agak gagap. Dan Tuhan mengabulkan doa Musa tersebut.

***

Acara debat capres-cawapres yang disiarkan langsung beberapa stasiun tv semalam rasanya telah menyita perhatian mayoritas rakyat Indonesia. Saluran sinetron kesayangan untuk sementara tak dilihat dulu. Mereka ingin menyaksikan jagoan masing-masing mengemukakan pendapat dan gagasan besar jika kelak terpilih menjadi presiden dan wakil presiden. Saya pun ndak ketinggalan menyaksikan acara debat tersebut.

Ketika salah satu kandidat menjawab pertanyaan moderator, fikiran saya melayang ke masa kecil: pada sebuah taman kota yang dinamai Taman Pancasila. Lokasi ini dulu bekas pasar, jadi pada awal-awal perubahan peruntukan pasar menjadi taman di sana masih sering dijumpai lapak-lapak penjual obat atau peramal judi buntut.

Riuh rendah suara mereka ketika menawarkan dagangannya. Namanya juga tukang obat, tentu saja mempromosikan kalau obatnya itu sangat cespleng menyembuhkan penyakit. Sekali oles, koreng bakalan mengering. Sekali minum, pegal linu-encok langsung sirna. Saya ingat betul, ada satu penjual obat penumbuh kumis dan jambang. Kalau bicara seperti berteriak, bahkan di sudut mulutnya sampai berbusa. Anehnya, ia sendiri tiada berkumis dan berjambang. Saya curiga kalau topi yang suka dikenakan itu untuk menutupi kepalanya yang botak.

Di sudut lain, ada lelaki kurus berpakaian lusuh duduk di atas tikar. Ia dikitari sejumlah orang. Berpenampilan hampir sama. Lelaki kurus itu memberi harapan kepada yang lain, sebab lewat mimpi ia mendapatkan wangsit nomor buntut yang bakal keluar besok malamnya. Angka-angka ajaib yang didapatkan dari wangsit ia rahasiakan di dalam amplop-amplop putih kecil. Orang-orang yang mengerumuninya mesti memberi mahar untuk mendapatkan amplop kecil itu. Maharnya berupa kepercayaan.

***

Kawan saya yang jadi wartawan di media massa nasional, semalam meliput langsung debat capres-cawapres di Balai Sarbini. Ia mengirimkan konfirmasi tentang kertas putih yang terselip dan membubul di atas kancing jas capres jagoan saya: kertas kecil itu berisi doa Nabi Musa.