Agustus-3 | Bukan pampasan perang

Pampasan perang dalam arti yang sederhana adalah bayaran ganti rugi akibat perang.  Indonesia yang pernah diduduki Kolonial Belanda selama 350 tahun dan pendudukan Jepang selama tiga tahun apakah Indonesia mendapatkan pampasan perang?

Dari buku sejarah yang saya baca, Belanda tak memberikan ganti rugi kepada Indonesia. Jangankan ganti rugi, kata maaf pun tak pernah keluar dari pemerintah Kerajaan Belanda. Mungkin Belanda tak merasa menjajah Indonesia yang berakhir dengan takluknya Belanda atas pendudukan Jepang, namun ia merasa merebut kembali Indonesia dari Jepang paska Jepang kalah perang dalam Perang Dunia II.

Saya nggak tahu persis apakah nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia termasuk kategori pampasan perang. Awalnya, Belanda datang ke Nusantara adalah urusan dagang belaka hingga muncul apa itu yang disebut kantor cabang VOC di Hindia Belanda. Mereka mendirikan jawatan kereta api yang menghubungkan banyak kota atawa membangun kantor pos lengkap dengan jalan raya pos dari Anyer hingga Panarukan. Mereka juga membuka lahan-lahan perkebunan yang luasnya jutaan hektar, lengkap dengan pabrik-pabrik pengolah hasil perkebunan.

Ketika Indonesia merdeka, jawatan milik Belanda diakusisi oleh Pemerintah RI. Meskipun belakangan kita hanya pandai mengambil namun malas untuk mengembangkannya. Contohnya rel kereta api. Dibandingkan zaman Belanda dulu jaringan kereta api jauh berkurang jumlahnya. Juga pabrik gula yang dulu tersebar di mana-mana, kini malah impor dari negara lain. Jalur Pantura yang dibangun Deandels pun sampai kini tak bisa sempurna sebagai urat nadi perekonomian di Tanah Jawa.

Bagaimana dengan urusan pampasan perang dengan Jepang? Denyutnya bisa kita rasakan hingga sekarang. Kalau dulu kita diduduki Jepang di bawah ancaman senjata, kini lain lagi. Kita seolah tak bisa mengelak dari produk-produk bikinan Jepang. Indonesia dan Jepang kini akrab sekali, seperti adik kepada saudara tuanya.

~oOo~

Bukan karena di Ramadhan ini kita berperang melawan hawa nafsu, maka kita mendapatkan pampasan perang berupa bingkisan parsel. Pemberian bingkisan parsel lebih dilatarbelakangi oleh alasan menjaga hubungan baik.

Ada tradisi yang cukup baik di kantor saya terkait dengan pembagian bingkisan parsel. Saban tahun, ada saja yang mengirim parsel ke kantor, bisa dialamatkan ke perusahaan atawa pribadi salah satu pejabatnya. Nanti, parsel-parsel yang diterima itu dikumpulkan lalu dibongkar isinya dan dibagi-bagikan kepada semua karyawan.

Caranya?

Oleh ibu-ibu sukarelawan, isi parsel tersebut dikelompokkan dan ditempeli nomor. Sementara itu ada banyak gulungan nomor lain yang ditempatkan pada wadah khusus. Cara pembagian parsel sederhana saja. Seorang karyawan berhak mengambil satu gulungan nomor dan mencocokkan nomor dengan isi parsel yang telah ditempeli nomor.

Tak hanya isi parsel yang dibagi, namun juga bungkus parsel. Sebab bungkus parsel sering jadi incaran orang, maka perlu diundi untuk mendapatkannya.