3M vs 3D

Seorang anak SD klas 4 menyelesaikan PR dengan pertanyaan: Bagaimana caramu untuk mencegah terkena demam berdarah di sekitar rumahmu?

Anak tadi menjawab begini:

Untuk mencegah demam berdarah kita menggunakan 3D: Dikuras, Ditutup, Dikubur. Bak mandi harus sering dikuras agar tidak kotor  supaya tidak untuk berkembang biaknya nyamuk demam berdarah. Kemudian untuk tempat-tempat air harus selalu ditutup, agar nyamuk tidak bertelur di situ. Kaleng-kaleng dan botol-botol harus dikubur, supaya tidak dipakai jadi sarang nyamuk.

Pak guru yang sangat bergantung kepada buku, mencoret jawaban murid tadi, dan di sana diberi catatan: seharusnya dengan 3M, yaitu Menguras, Menutup, Mengubur.

Pertanyaan kedua: Bagaimana cara kita untuk membedakan mana uang asli dan uang palsu?

Anak tadi menjawab begini:

Untuk membedakan uang asli dan uang palsu kita menggunakan cara dengan: Melihat ciri-ciri uang, dari nomor serinya, gambarnya dan garis pengaman yang melintang. Meraba uang, apakah kertas tersebut kasar.  Menerawang, apakah tanda air ada gambar pahlawannya.

Lagi-lagi jidat pak guru mengkerut dan mencoret jawaban muridnya dan memberikan catatan di sana: untuk membedakan uang asli/palsu dengan 3D, yaitu Dilihat, Diraba, Diterawang!

Contoh masalah yang sepele seperti di atas sering dijumpai di dunia pendidikan negeri ini. Jangan salahkan jika anak-anak sekolah tidak berpikir kreatif karena semua itu diatur dengan buku diktat. Di satu sisi peran guru yang sangat kurang untuk merangsang para muridnya berpikir yang berbeda dengan buku diktat. Lebih parah lagi dengan contek massal. Kalau sejak pendidikan dasar saja sudah dibiarkan begitu, nanti ketika sudah masuk jenjang perguruan tinggi mereka akan kesulitan membuat suatu kajian ilmiah sebagai syarat kelulusan, akhirnya tidak sedikit yang mengambil jalan pintas: menjiplak skripsi orang lain. Belum nanti ketika mengambil jenjang S2 atau S3, tidak perlu kuliah apalagi membuat tesis, cukup bayar sekian juta, dapat gelar kesarjanaan. Gelar yang dijual di lembaga “grosir” pendidikan, yang tidak bisa dipertanggungjawabkan intelektualitasnya.

Selamat menikmati libur sekolah, sampai berjumpa di tahun ajaran baru dengan sistem pendidikan yang baru lama!