2016

Tahun 2015 telah berlalu dan selamat datang 2016. Saya tak punya tradisi lepas sambut untuk mereka, bahkan tidak juga bersibuk dengan resolusi diri yang akan dikerjakan selama setahun ke depan.

Tidur sebelum jam 12 malam dan bangun tahu-tahu sudah waktu subuh di tahun yang baru.

Berbagai ramalan yang akan terjadi di tahun 2016 makin beredar kencang di akhir tahun, baik ramalan politik, ekonomi, sosial maupun pertahanan keamanan level regional dan internasional. Beberapa ramalan menimbulkan optimisme tapi tak sedikit ramalan yang bernada skeptis dan tidak percaya diri.

Ramalan yang ada memang tak harus dipercaya tetapi disikapi semadyanya saja. Wong namanya juga ramalan, bisa jitu atau bahkan meleset sama sekali.

Para waskita sering berkata bahwa menyikapi kehidupan ini mesti dengan sikap berprasangka baik dan tidak pernah mengeluh. Adalah manusiawi jika kita sesekali mengeluh tetapi janganlah mengeluh dijadikan hobi. Manusia sudah memiliki takaran masing-masing.

***

Dua orang anak muda yang duduk di sebelah saya dalam perjalanan JED – CGK, di awal tanggal 1 Januari 2016, asyik mengobrolkan target yang akan dicapai tahun ini dan rencana mereka ke depan. Dari obrolan itu saya memperoleh info kalau keduanya baru dua tahunan ini memasuki dunia kerja.

Dua pemuda tersebut merupakan sarjana dari universitas negeri yang kondang di negeri ini. Seorang bekerja di bidang telekomunikasi, sementara lainnya di industri perbankan.

“Tahun ini aku akan menikahi gadis yang telah kupacari setahunan ini.”

“Memang kamu sudah siap? Bagaimana nanti menafkahi istrimu?”

Saya yang mendengar percakapan mereka jadi tersenyum. Sebelumnya mereka menceritakan pengeluaran masing-masing untuk bayar kos, makan dan membeli kebutuhan sehari-hari serta untuk membeli kesemangan dn hobi. Seringnya gaji sebulan habis tanpa bersisa sehingga tak bisa menabung.

Menikahlah, biar hatimu tenang.

***

Bertambah tahun bertambah pula usia zaman. Jangan sampai roda zaman yang berputar semakin cepat itu menggilas kita, lalu kita terseret tertatih-tatih menapaki kehidupan.

Semakin dekat pula usia pensiun kerja saya sehingga saya mesti berusaha mempersiapkan diri saat memasuki usia pensiun nanti: saya ingin membuka toko kelontong dan menjadi marbot di masjid dekat toko kelontong milik saya itu.