Testimoni Burisrawa

Setelah kejadian di kamar Sembadra, Burisrawa berlari selari-larinya. Burisrawa mengutuk dirinya sendiri. Ia malu untuk pulang ke Mandraka. Hal ini nantinya membuat Burisrawa terserang depresi akut. Ia bersembunyi di sebuah negeri yang cukup aman.

Meskipun demikian, Burisrawa tetap saja tidak tenang, karena hampir setiap saat ia mendengar dan membaca berita tentang dirinya. Berita yang sangat buruk: ia dituduh memperkosa dan membunuh Sembadra. Ia juga diuber-uber oleh kerabat Sembadra, siapa lagi kalau bukan anak-anak Werkudara: Antareja dan Gatotkaca.

Dari tempat persembunyiannya, Burisrawa membuat sebuah blog untuk menuliskan semacam pledoi untuk menepis tuduhan terhadap dirinya yang berkembang akhir-akhirnya ini. Mau tahu isinya?

Saya Burisrawa, anak dari Prabu Salya dan Dewi Setyawati1. Saya sampai saat ini masih aktif sebagai anggota legislatif Negeri Hastina dari Partai Pecah nDhase. Saya bukanlah seorang penulis, namun pembusukan karakter terhadap diri saya belakangan yang nggak terkira membuat saya memanfaatkan blog ini untuk menuliskan testimoni berupa curhat colongan. Bukan sebagai bentuk perlawanan saya.

Dalam testimoni seri pertama ini, ingin saya tegaskan bahwa apa yang menimpa saya hari ini, telah membuat banyak orang bersorak gembira. Merekalah sesungguhnya diuntungkan. Mereka itu siapa? Ya, mereka yang naksir kepada Sembadra yang cantiknya poll itu.

Teriakan pertama mereka bisa jadi seperti ini: rasain lu Burisrawa!

Dalam gurauan sesama anggota legislatif Negeri Hastina, saya pernah mendengar selentingan, jika ingin menghancurkan Pecah nDhase, maka bidiklah Burisrawa. Maklum, saya diprediksikan akan menjadi pahlawan di perang Bharatayuda nanti2. Maka nggak berlebihan setelah saya mengalami tudingan bertubi-tubi, menjadi terang-benderang bahwa segalanya ini memang menjadi sebuah skenario yang sudah direncanakan.

Skenario itu adalah memojokkan diri saya dituding memperkosa Sembadra. Bahkan hingga tewasnya Sembadra oleh tangan saya. Perihal ini secara hukum tidak terbukti. Bagaimana saya memperkosanya, kalau saya sangat sayang kepadanya? Waktu itu saya hanya merayunya agar ia sudi menjadi istri saya. Nggak lebih dari itu. Ketika Sembadra berteriak saya kaget luar biasa, lalu saya melarikan diri. Jangankan memperkosa, menyentuh pun nggak. Apalagi membunuhnya.

Dan berikutnya hal yang nggak masuk akal saya, kenapa keponakan Sembadra ikut-ikutan mengejar diri saya. Saya mendapatkan ancaman dari Antareja dan Gatotkaca.

Maka dengan singkat bisa saya katakan bahwa semua isapan jempol ini sudah menjadi bagian perusakan dan penghancuran Pecah nDhase melalui cara menembak secara amat kasar dan keji diri saya.

Oleh sebab itu dalam waktu dekat saya akan membuka diri, termasuk melakukan live chatting dengan semua komunitas online, media alternatif di Negeri WayangSlenco, untuk menyampaikan apa yang sesungguhnya terjadi dari sudut pandang saya.

Akhir kata, goresan tulisan ini bukanlah sebuah pembelaan dari diri saya yang hina dina ini, tetapi sebagai sebuah catatan, yang layak dan wajar saya tuliskan agar publik yang cinta wayang nggak dibodohi, juga agar publik paham apa yang disebut sebuah fakta kebenaran. (bersambung ke testimoni berikutnya, tunggu saja3).

Catatan kaki:

  1. Burisrawa termasuk salah satu putra Salya dan Pujawati (Setyawati). Ketika lahir sempat mengejutkan ayahnya, karena wajahnya yang khas mirip bangsa raksasa. Burisrawa mengikuti garis ibunya yang masih memiliki keturunan raksasa. Merasa malu mempunyai anak serupa raksasa, Salya menitipkan ke wangsa Kurawa. Ia tumbuh dan memiliki pekerti seperti Kurawa. Oleh Duryodana, ia dimasukkan dalam ring dua kekuasaan Hastina, sebagai anggota legislatif. Tidak jelas, apa jabatan Burisrawa di sebuah partai yang didirikan oleh Duryodana.
  2. Pernyataan ini dilatarbelakangi oleh perasaan GR-nya Burisrawa saja. Ia bukan pahlawan besar di Perang Bharatayuda. Di hari ketiga belas perang Kurawa-Pandawa itulah  ia tewas di tangan Setyaki – yang diam-diam dibantu oleh Arjuna. Maklum, Arjuna menaruh dendam kepada Burisrawa yang sempat menjatuhcintai Sembadra, yang tak lain istri Arjuna.
  3. Dalam waktu yang sangat singkat, blog Burisrawa diakses oleh puluhan ribu orang dan mendapatkan 1356 komentar. Sayangnya, blog ini hanya berumur empat hari. Burisrawa telah menutupnya, sehingga pembaca tidak akan menjumpai testimoni jilid berikutnya.