Setyawati, kesetiaan seorang istri

kala hatiku sedang rindu, pada siapa ku mengadu
dalam hati bertanya slalu, berlinanglah air mataku
akan ku cari walau ke mana, kini aku berkelana
ke ujung dunia akan kucari

Lamat-lamat terdengar lagu dangdut Rindu dari radio transistor warung kopi yang mangkal di depan rumah Pujawati. Sebenarnya malam sudah larut, tetapi gadis yang sudah matang lahir batin itu tidak bisa tidur. Hari-harinya dirundung duka karena telah lama ia menantikan jodoh turun dari langit.

Pujawati, sebuah nama yang disematkan oleh ayahnya sebagai tanda pujaan hati sang ayah. Sebuah nama yang indah. Seindah parasnya. Ia berhidung bangir, bermuka tenang serta santun dalam bersikap. Ia selalu bersanggul, meskipun sebagian rambutnya dibiarkan terurai. Ia anak pendeta raksasa yang bernama Begawan Bagaspati. Mungkin karena bapaknya raksasa itulah tidak ada seorang cowok pun yang berani mendekatinya apalagi mempersunting menjadi istrinya.

Entahlah, kenapa lagu Rindu itu makin menyayat hatinya. Beberapa hari yang lalu ia bermimpi bertemu dengan cowok tampan yang ia sendiri tidak paham siapa lelaki itu. Tetapi wajahnya selalu teringat hingga sekarang. Ia merindukan cowok yang hadir dalam mimpinya.

Begawan Bagaspati keluar dari ruang semedinya. Ia mendapati Pujawati sedang berdiri memandang langit malam yang dihiasi bintang gemintang. Ia menghampiri putri kesayangannya itu dan bertanya,

“Anakku, apa yang sedang kamu pikirkan. Ayah lihat beberapa hari ini kamu selalu larut dalam lamunanmu.”

“Ayah, aku sedang gelisah merindukan seseorang. Ia beberapa hari yang lalu hadir dalam mimpiku.”

“Siapa dia, anakku?”

“Tidak tahu, ayah. Mungkin ayah bisa membantuku untuk mengetahui siapa lelaki tampan yang hadir di dalam mimpiku. Apakah ia jodoh untukku, ayah?”

“Baiklah. Ayah akan bersemedi untuk mengungkap sisik melik ini. Sudahlah, sekarang tidurlah!”

~oOo~

Berdasarkan wisik yang diterima oleh Begawan Bagaspati, lelaki tampan yang hadir dalam mimpi Pujawati adalah Narasoma. Ia utarakan hal itu kepada Pujawati. Oh, betapa senangnya Pujawati mendapatkan informasi penting itu, dan ia meminta kepada ayahnya supaya mencari keberadaan Narasoma dan meminta supaya mau mempersunting dirinya menjadi istri Narasoma.

Karena rasa sayangnya kepada Pujawati, Begawan Bagaspati menyanggupi keinginan anaknya dan segera berangkat menuju tempat tinggal Narasoma.

Tidak ada kesulitan berarti bagi Begawan Bagaspati menemui Narasoma. Tanpa basa-basi, ia minta Narasoma supaya ikut dengannya dan kawin dengan Pujawati. Tetapi di luar dugaan sang Begawan, Narasoma menolak dan menantangnya berkelahi. Begawan Bagaspati meladeni tantangan Narasoma, dan terjadilah pertempuran yang tidak seimbang. Narasoma kalah telak dan langsung dibawa pulang untuk dikawinkan dengan Pujawati.

Pujawati senang bukan alang kepalang, ayahnya pulang membawa ksatria tampan. Ketika mata Narasoma bersitatap dengan mata Pujawati ia pun jatuh cinta, tetapi di dalam hatinya ia merasa malu mempunyai calon mertua raksasa. Lalu, Narasoma berkata kepada Pujawati.

“Aku mau kawin denganmu, asal ayahmu bersedia aku bunuh. Aku malu mempunyai mertua raksasa, meskipun ia seorang Begawan.”

Pujawati sangat sedih mendengar permintaan ganjil dari mulut Narasoma. Ia menatap ayahnya. Dari sorot mata anaknya, sang Begawan paham benar isi hati anaknya.

“Baiklah Narasoma. Aku bersedia mati asalkan perkawinanmu dengan putriku Pujawati tetap berlangsung. Tetapi sebelum kamu membunuhku, aku akan memberimu ilmu kesaktian Candrabirawa yaitu berupa raksasa-raksasa kecil yang akan membantumu di dalam perang kelak!”

Narasoma terkejut. Begawan Bagaspati bersedia dibunuh tetapi malah meninggalkan sebuah ilmu kesaktian untuknya. Tetapi belum habis rasa terkejutnya, sang Begawan kembali berwasiat.

“Nanti, di perang Bharatayuda kamu akan menerima balasan perbuatanmu atas kematianku. Kamu akan tewas di tangan raja yang bertabiat kasih sayang terhadap sesama. Sekarang, bunuhlah aku!”

Mendengar wasiat bernada kutukan itu Narasoma makin terkejut dan gelap mata. Tanpa pikir panjang lagi, ia keluarkan pistol dan ditembakkan ke arah kening sang Begawan. Maka, tewaslah Begawan Bagaspati di pangkuan Pujawati.

~oOo~

Kelak, ketika Narasoma bertahta sebagai Raja Mandraka ia dikenal dengan nama Prabu Salya. Di perang Bharatayuda, ia menjadi kusir Karna, menantunya.

Pujawati sendiri mempunyai sebutan lain sebagai Setyawati karena kesetiaannya mendampingi Prabu Salya hingga berputra lima orang. Dikisahkan, ketika Prabu Salya tewas di tangan Yudhistira pada perang Bharatayuda, Setyawati segera menyusul ke medan pertempuran. Ia berusaha menemukan jenazah suaminya. Karena saking setianya itulah, ia bunuh diri menyusul kematian suami yang dicintainya itu.