Mereka kini bisa membeli mobil

Mari melihat data produksi kendaraan tahun 2014 yang disajikan oleh Gaikindo: Tipe sedan (39.658 unit), Tipe 4 x2 (761.928 unit), Tipe LCGC (185.058 unit) dan Tipe Lainnya (311.879 unit) atau total produksi = 1.298.523 unit kendaraan.

Siapa konsumen yang membeli kendaraan yang diproduksi sebanyak itu? Jawabannya adalah masyarakat kelas menengah baru. Menurut Lester Thurow (1987) kelas menengah didefinisikan sebagai kelompok masyarakat yang memiliki pendapatan dalam rentang antara 75% dan 125% dari median pendapatan perkapita (ini studi di AS).

Mengutip berita JPNN tanggal 24 April 2015, jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami perkembangan pesat setelah krisis moneter 1997/1998. Bank Dunia mencatat, pertumbuhan kelas menengah dari nol persen pada tahun 1999 menjadi 6,5 persen pada tahun 2011 menjadi 130 juta jiwa. Diperkirakan juga angka tersebut bakal meningkat menjadi 141 juta pada 2030.

Bagaimana ciri-ciri masyarakat kelas menengah di Indonesia? Mereka mempunyai gaji/pendapatan di atas rata-rata penduduk di sekitarnya. Karena mereka mempunyai gaji yang relatif tinggi, maka gaya hidup mereka pun berubah, misalnya makan di warteg mereka tinggalkan atau saban sabtu-minggu punya kegiatan baru: ngemall. Mereka juga mulai mencicil membeli motor, dan bagi yang punya motor ingin berganti menjadi kendaraan roda empat alias mobil.

Cara kredit yang relatif mudah, maka tak heran penjualan mobil laris manis. Bagi yang sudah punya mobil, ingin menambah satu lagi. Demikian juga dengan kebutuhan papan. Biasanya ngekos, mulai ambil kreditan rumah. Sudah punya rumah pengin punya rumah kedua dan seterusnya. Belum  lagi gonta-ganti gadget terbaru. Dsb. Dsb.

Jangan dikira orang yang kredit itu orang tidak berpunya, justru mereka orang kaya yang sesungguhnya. Betapa tidak, mereka lebih memilih cara kredit berarti mereka yakin kepada dirinya bahwa mereka akan mampu membayar kreditan tiap bulan hingga lunas nanti. Harga kredit jauh berlipat-lipat daripada membayar kontan, bukan? Toh mereka mampu. Itulah orang kaya yang sesungguhnya, yang saya maksudkan.

Tak usahlah kita masuk angin dan meriang nekjika melihat teman atau tetangga kita bisa membeli mobil baru. Wong mereka memang mampu kok. Jangan dilihat mereka ‘cuma’ berprofesi sebagai sopir atau office boy, lah kalau lemburan mereka setiap bulan jumlahnya tiga-empat kali lipat daripada gaji pokoknya, wajar saja toh kalau mereka bisa membeli mobil.

Sstt… saya kasih tahu. Krisis ekonomi sebentar lagi datang. Sebelum terlambat, kita turunkan level gaya hidup satu atau dua tingkat lagi. Kalau sudah punya mobil, jangan beli lagi. Kalau sudah punya rumah, syukuri. Lebih baik mengisi celengan ayam supaya cepat penuh, untuk pos anggaran pendidikan bagi anak-anak kita. Konon, di masa mendatang biaya sekolah itu mahal banget!